Budaya Lokal dan Glokalisasi

Bagaimana mewujudkan rekonstruksi ideal nasionalisme anak muda Indonesia saat ini melalui apresiasi budaya lokal yang sesuai dengan era globalisasi?

Klaim Tari Pendet oleh Malaysia membuat rakyat Indonesia kembali naik pitam. Gara-gara tari itu tayang dalam sebuah iklan pariwisata Malaysia, kekesalan dan kegeraman kita meledak. Belum rasa kesal akibat Blok Ambalat, lagu “Rasa Sayange”, batik, hingga Reog Ponorogo diakui oleh Negeri Jiran, kembali kita diuji dengan klaim Tari Pendet tersebut. Lontaran kekesalan dan kemarahan dalam tweets menghiasi para pemakai situs microblogging Twitter memersoalkan insiden budaya tersebut, belum ulasan-ulasan di media massa yang menggunjingkan isu itu semakin memerkeruh suasana. Desakan-desakan dari masyarakat Indonesia dan khususnya masyarakat Bali terhadap pemerintah agar segera mengambil tindakan terhadap kasus Tari Pendet. Desakan mulai dari gugatan terhadap Pemerintah Malaysia hingga desakan soal pemakaian Hak Cipta atau Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) terhadap Tari Pendet dan karya seni-karya seni lainnya yang tersebar di pelosok Indonesia.

about me

Beberapa poster/ kliping yang mencatat tentang kegiatan-kegiatan saya sebagai pembicara seminar, tutor pelatihan, dan disc jockey jadi-jadian hehehe... yah, sangat menarik untuk mengumpulkan artefak-artefak yang bisa menjadi warisan bagi anak cucu kita kelak, yang membuat kita mesem-mesem sendiri jadinya hehehe... ;)



My Life According To JESU



Berhubung masa remaja saya meledak dengan Godflesh, maka ketika semester awal saya mendengarkan Jesu band ini telah berhasil merebut kehidupan saya. Dan inilah kehidupan saya dan Jesu. Thanks,  Justin Broadrick… You’re God!!!

review music records indie label di berbagai majalah


Review dari berbagai media tentang debut buku saya "Music Records Indie Label (Dar Mizan, 2008)". watch it out :)


Jurnalisme Gonzo: Dalam Bingkai Jurnalisme Sastra dan Budaya


Abstrak:
Tom Wolfe, wartawan-cum-novelis, pada tahun 1960-an memperkenalkan genre jurnalistik bernama “new journalism” (jurnalisme baru). Pada tahun 1973, Wolfe dan EW Johnson menerbitkan buku antologi berjudul The New Journalism berisi narasi-narasi terkemuka dari generasi penulis macam Joan Didion, Truman Capote, Jimmy Breslin, dan Hunter S. Thompson. Jurnalisme sastra adalah satu dari setidaknya tiga nama buat genre jurnalistik yang berkembang di Amerika Serikat di mana reportase dikerjakan dengan mendalam, penulisan dilakukan dengan gaya sastrawi, sehingga hasilnya enak dibaca. Genre ini berbeda dari reportase sehari-hari karena dalam bertutur ia menggunakan adegan demi adegan (scene by scene construction), reportase yang menyeluruh (immersion reporting), menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view), serta penuh dengan detail. Jurnalisme bergaya seperti ini pun mulai menarik banyak perhatian pembaca. Apalagi soal kecepatan, jurnalisme tradisionil dianggap terengah-engah menghadapi kecepatan televisi dan radio yang begitu jumawa menampilkan informasi. Sejumlah pemikir jurnalistik pun hadir dengan mengetengahkan gaya penulisan bak novel, naratif, enak dibaca, mendalam, dan memikat. Hunter S. Thompson adalah salah satu dari pemikir jurnalistik yang termasuk ke dalam gelombang pertama para jurnalis bergaya sastra, selain Tom Wolfe dan Gay Talese. Jurnalisme sastra pun tak hadir sendiri. Perkembangannya kemudian memunculkan wacana-wacana baru seputar jurnalisme sastra itu sendiri. Yang paling dikenal mungkin kemunculannya jurnalisme gonzo yang dipelopori oleh Hunter S. Thompson. Gaya bercerita naratif bak novel dengan pembangunan karakter dan plot masih menjadi senjata utama dan subjektif dengan kata ganti orang pertama menghiasi tulisan-tulisannya. Juga erat kaitannya dengan budaya-budaya tahun 60-an yang erat kaitannya dengan semangat anti-kemapanan, budaya perlawanan, gerakan perdamaian, dan kebiasaan narkoba. Bisa dikatakan jurnalisme gonzo merupakan sub-genre dari jurnalisme sastra.

Latar Belakang

Di Amerika, jurnalisme baru lahir dan berkembang sepanjang dekade 1960-an. Pada sekitar era inilah kemudian berkembang yang namanya jurnalisme baru atau new journalism yang dirintis oleh Tom Wolfe, seorang wartawan cum penulis cum doktor American Studies dari Yale University. New Journalism merupakan sebuah sebuah buku antologi. Tom Wolfe dan EW Johnson menjadi editor. Mereka memasukkan narasi-narasi terkemuka zaman itu antara lain Truman Capote, Joan Didion, Jimmy Breslin, dan Hunter S. Thompson, yang kemudian mengembangkan genre jurnalisme sastra atau new journalism ini menjadi gonzo journalism yang menjadi titik fokus dari penulisan makalah ini.

Demokrasi di Kotak Televisi

Menjelang Pemilu 2009, suhu politik mulai menyengat. Tak hanya di gedung DPR yang sarat manuver politik atau jalan-jalan yang penuh poster para calon anggota legislatif, panasnya suhu politik di negeri kita juga terasa di layar kaca. Lihat saja saat ini, stasiun televisi seakan berlomba menyajikan tayangan bergenre politik.

Burn Your Television, Read More

She stepped off the bus out into the city streets/ just a small town girl with her whole life/ packed in a suitcase by her feet/ but somehow the light’s didn’t/ shine as bright as they did/ on her mamas tv screen/.

Jika mencermati penggalan lirik lagu “Fallen Angel” dari grup band Poison di atas, rasanya televisi bukan lagi sekedar kotak elektronis yang memancarkan sinar biru katoda atau sekedar medium representasi dan kumpulan citra. Lebih dari itu, televisi kita sehari-hari telah menjadi tingkat konsumsi. Menyedihkannya, kita mengkonsumsi apa yang tidak layak konsumsi? Basi? Eksploitasi? Minim edukasi?

Indie Label, Pergerakan Yang Tak Pernah Mati

Dalam industri musik kita mengenal istilah major label dan indie label. Major label adalah sebuah perusahaan rekaman besar kapital seperti Sony BMG, Universal, EMI, atau Warner. Sebaliknya, indie label diartikan sebagai sebuah perusahaan rekaman kecil yang mandiri, Do It Yourself, dengan skala yang tidak sebesar major label. Nama-nama indie label seperti Sub Pop Records, Dischord Records, Fat Wreck Chords Records, dan masih banyak lagi cukup dikenal orang-orang dan memiliki pengaruh tersendiri bagi industri musik.