Merancang Masa Depan Musik Tradisional

Penampilan kolaborasi yang memadukan antara musik eksperimental seni-derau (art-noise) dengan menggali akar-akar musik tradisional, memang belum lumrah dan menjadi suatu katarsis baru dalam ranah musik kontemporer di Indonesia. Musik tradisional seolah-seolah selama ini, dianggap nyaman di wilayahnya masing-masing dan tertutup pada perkembangan musik di luarnya.

Ketercerabutan akar musik tradisional di masa sekarang, memang memandang perlunya salah satu konsep visioner tentang seni musik tradisional. Hal itulah yang menggugah seorang seniman musik eksperimental asal Singapura, Mark Chia atau One Man Nation untuk membuat satu konsep seni musik eksperimental baru di ranah irisan antara musik seni-derau dan musik tradisional.


Pada penampilannya di Common Room Bandung, Kamis (21/1), One Man Nation memperlihatkan komposisi ritmis antara musik seni-derau dengan musik tradisional. Dalam presentasinya, ia memaparkan tentang projek utamanya yang merangkum satu dokumentasi tentang seperti apa masa depan musik tradisionil yang notabene menjadi akar hidup budaya suatu adat atau wilayah, yang dinamakannya The Future Sounds of Folk.

"Projek ini mencoba untuk melestarikan akar budaya musik tradisional yang hilang, melalui media seni- suara (sound-art) dengan harapan untuk mencegah budaya tradisional tersebut hilang, "kata Mark dalam presentasinya.

Menurut dia, proses ini dibagi ke dalam berbagai tahap, di mana tahap awal akan dimulai dengan presentasi yang dilakukannya sendiri di seluruh dunia, dengan The Future Sounds Of Folk sebagai tema. Presentasinya memperkenalkan penonton dengan konsep projek, tujuan-tujuannya dan apa yang diharapkan. Sebelumnya, Mark telah merangkum beragam musik tradisional mulai dari Negara-Negara Eropa, hingga dataran India dan Nepal.

Namun, Indonesia yang memiliki banyak sekali musik tradisional, dengan keragamannya menjadi projek pertama dalam riset Mark. Di Bandung sendiri, ia merekam musik-musik tradisional yang terbilang baru baginya seperti musik Karinding, terompet pencak, hingga observasi pada pelaku seni tradisi itu sendiri macam Abah Olot, Jimbot, Mang Ayi, dan lainnya.

"Saya hanya ingin melestarikan budaya tradisional di seluruh dunia, yang sudah mulai tergerus akar-akarnya, dengan mencoba membuat satu audio kompilasi dari musik tradisional baik yang sudah direkam dan digubah secara eksperimental maupun musik tradisional yang masih asli, "ujarnya. "Produksi artistik yang menggunakan beragam kumpulan musik tradisional itu, tujuannya untuk menghasilkan suatu karya seni kontemporer baru yang menjadi wacana dari akar budaya tradisional itu sendiri, " ujar Mark.

Lewat kolaborasinya malam itu dengan seniman Sunda asal Bandung Jimbot, One Man Nation telah membuka satu proses wacana baru dalam ranah musik kontemporer.

Menurut seniman dan direktur Common Room, Gustaff H. Iskandar, penampilan One Man Nation dianggap bisa memberikan tafsiran baru terhadap musik tradisional. Bahwa bukan tidak mungkin musik tradisional bisa beririsan dengan teknologi baru yang modern.

"Di satu sisi, sampai kapan pun musik tradisional tidak akan hilang, karena hal itu sudah mendarah daging. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan adanya variasi baru atau eksplorasi yang bersifat cair, karena musik tradisionil menuntut perkembangan sesuai konteks zaman, "ujar Gustaff.

0 komentar:

Post a Comment