Welcome To The Creativity Hobby

“The best way to make happy money is to make money your hobby and not your god.”
- Scott Alexander -


Bandung sepuluh tahun yang lalu memiliki masalah yang sama dengan kota-kota di Indonesia lainnya: Krisis Moneter! Sejumlah anak muda merasa mesti survive terhadap kondisi tersebut. Seorang anak muda bernama Dendy Darman, yang juga lulusan Fakultas Seni Rupa & Desain ITB, memiliki hobi surfing. Agar bisa survive, Dendy yang juga menyukai desain grafis lantas mulai menyablon sendiri desain-desainnya dan menjual kaus-kaus tersebut pada turis-turis asing sekitar pantai atau menjualnya pada teman-temannya. Akibat dari hobi desain dan surfing, Dendy melahirkan sebuah distro fenomenal: 347 Clothing atau sekarang dikenal UNKL347.

Bahkan fenomena kelahiran industri kreatif di negeri ini pun tak jauh lahirnya dari yang namanya hobi dan bersenang-senang. Mayoritas distro dan clothing yang hadir saat ini adalah bukti konsistensi mereka terhadap hobi yang menyenangkan. Omzetnya pun bukan main-main, ada yang mencapai ratusan juta rupiah per bulan!
Lihatlah, hobi bisa menjadi tumpuan ekonomi!


Lalu tipe seperti apakah hobi Kamu? Masihkah berenang, bernyanyi, berolahraga, atau jalan-jalan dalam setiap pengisian kolom hobi di CV? Ataukah hobi kamu tergolong hobi yang bersenang-senang tapi boros atau hobi yang bersenang-senang tapi ngehasilin duit?

Saya percaya bahwa setiap orang memiliki hobi. Dan setiap orang pun memiliki rekreasi berbeda untuk bersenang-senang. Saya punya istilah tersendiri terhadap hobi. Ada yang kreatif dan ada yang konsumtif. Terserah berada di ‘tif’ yang kategori mana hobi Kamu itu.

Seorang teman pernah protes karena hobi saya membeli CD yang bisa dibilang terlalu boros menurutnya. Konsumtif, ujarnya. Kadang saya bisa menghabiskan ratusan ribu rupiah untuk hobi tersebut. Menurutnya saya bukanlah seorang musisi, lantas kenapa mesti membeli banyak CD? Saya hanya bisa cengengesan. Tapi saya juga heran ketika seorang teman memiliki hobi gonta-ganti handphone atau gadget termutakhir hingga jutaan rupiah. Padahal dia bukan kuliah IT.

Banyak orang menikmati cara mereka bersenang-senang dengan cara yang konsumtif. Seperti lagu Efek Rumah Kaca, “Belanja Terus sampai Mati”. Bukan sesuatu yang patut disalahkan memang, tapi sudah saatnya kita menggerakkan hobi kita ke arah yang kreatif, bukan melulu konsumtif.

Untuk urusan hobi kreatif, dari kecil hobi saya menulis. Dari hobi ini saya memetik uang. Jika dulu memetik uang ribuan perak dari mengerjakan tugas karangan sang teman, kini saya udah bisa berkarya lewat tulisan-tulisan dengan pendapatan yang lumayan. Ibarat senang-senang tapi menghasilkan. Dan tak sedikit pula teman-teman saya lainnya yang kini sudah bisa menghidupi diri sendiri dari hobi kreatif mereka. Ada yang jualan desain, ngeband, bikin clothing, bikin distro, fashion stylist, hingga modifikasi motor. Usia mereka masih kisaran 17-23 tahun tapi udah ada yang membiayai kuliahnya sendiri.

Kini sudah saatnya mengubah atau setidaknya mengurangi hobi konsumtif dengan hobi-hobi yang kreatif. Siapa tahu dari hobi yang kreatif bisa melahirkan karya fenomenal atau mendatangkan uang. Tentu kamu merasa puas ketika karya tulis kamu menjadi buku best seller, desain baju kamu laris bak kacang goreng, atau band kamu kini udah bisa menyaingi kesuksesan Changcuters. Siapa yang tidak bangga? Ide adalah sesuatu yang mahal, bung. Kreativitas tidak bisa diperdagangkan begitu saja. Kreativitas akan kita benih jika “hobi” kita memupuknya.

Banyak media yang bisa kita gunakan untuk memupuk kreativitas kita. Menulis di blog, menampilkan karya di deviantart, menaruh lagu di situs-situs musik, bikin distro kecil-kecilan, dan masih banyak lagi. Bahkan fenomena hobi kreatif ini sudah mulai tren dalam 5 tahun belakangan. Munculnya kreativitas-kreativitas anak muda jadi indikator. Istilah ekonomi kreatif pun muncul.

Dalam artikel di blog-nya, pakar dunia ekonomi, Seth Godin menulis “Welcome to the hobby economy”. Inilah saatnya di mana hobi bisa menjadi suatu karya produktif, kreatif, dan ekonomik alias bisa menghasilkan duit! Menurut Godin, hobby economy memang berawal dari sikap untuk memuaskan diri dan bukan sebagai nilai komersil. Meski kemudian dari hobi kemudian bisa menghasilkan uang yang signifikan, kalau menurut istilah majalah Tempo disebut dengan “hobinomik”.

Lihatlah sekarang. Hobinomik kini menggurita. Anak muda sudah banyak berkarya. Anak SMP sudah mulai banyak bikin film indie. Anak SMU udah bikin distro. Anak kuliah udah berpenghasilan lewat karya desain atau hasil manggung ngeband.
Salam kreatif!

0 komentar:

Post a Comment